Tim pindah dari Inggris ke Amerika 10 tahun yang lalu.Dia bekerja
sebagai Manager Sumber Daya Manusia di sebuah perusahaan besar.
Isterinya, Paige bekerja di sebuah jaringan toko buku besar di Amerika,
dan bersama anak perempuannya Kayla memakai hijab setiap kali keluar
dari rumah mereka di Denver.
Suami: Tim
Nama saya Tim, saya baru saja memeluk Islam 18 bulan lalu. (artikel ini
dipublikasikan pada 17 juni 2012). Saya lahir dan besar di Inggris.
Saya ke sekolah yang merupakan bagian dari milik Gereja England. Di
sekolah tinggi, kami sekurang-kurangnya harus menghadiri kelas
pendidikan agama selama dua jam setiap minggu.
Kehidupan saya berjalan demikian hingga saya menyelesaikan Kolej,
meninggalkan rumah dan mulai hidup sendiri.Jauh dikedalaman hatisaya
memiliki satu keyakinan adanya Tuhan semesta alam yang melindungi kita
dan mencipta kita semua serta alam raya ini. Pada ketika itu saya perlu
untuk memahami dan menjelaskan konsep ketuhanan lebih dekat kepada diri
saya sendiri.
Ketika bertemu isteri saya pertama kali,
kami sama-sama memiliki pengaruh spiritual yang kuat. Ini tidak
bermakna kami menjadi bagian dari segala agama yang terorganisasi.
Tetapi kami punya perasaan dan kami memahami kehidupan itu lebih
bermakna dari sekadar berada di sini atau di sana. Kami sama-sama
mempunyai kepercayaan akan kehidupan selepas mati atau kehidupan
maknawi, tetapi tidak seorang pun dari kami benar-benar membuat
penelitian berkaitannya.
Beberapa tahun kemudian
Paige, isteri saya mula menunjukkan minatnya terhadap Islamdan saya
perlahan-lahan mulai mengikutinya. Ini membawa kami mengunjungi masjid
di Denver, sebuah masjid bernama masjid Abu Bakar. Ia merupakan
pengalaman yang menarik karena isteri saya menelepon ke masjid dan
membuat perjanjian untuk pergi ke masjid hari Jumat sekitar waktu makan
siang. Saya begitu terkejut karena terdapat sebuah mobil polisi di sana
dengan lampu menyala mengawal lalu lintas karena banyak sekali kendaraan
yang berada di tempat tersebut.
Kami pergi ketika
mereka sedang menunaikan shalat. Lebih kurang 500 orang yang menghadiri
shalat Jumat yang digelar pada setiap Jumat. Saya seperti mendapat
kejutan budaya. Begitu ramai sekali yang menghadiri shalat Jumat dan
terdiri dari berbagai bangsa dengan memakai pakaian tradisional mereka.
Terdapat juga beberapa orang Amerika yang berjalan dengan memakai jeans
dan kemeja. Saya merasa seolah-olah sedang berjalan atau berada di luar
Amerika dan memasuki satu tempat di Timur Tengah.
Kami
sungguh beruntung dapat bertemu dengan seorang yang pada masa tersebut
merupakan presiden masjid, seorang syeikh bernama Muhammad Norzai,
dialah yang membawa kami berjalan dan menjelaskan tentang Islam. Dia
juga membawa kami ke tempat dimana khutbah dibacakan. Bagi kami, ini
merupakan pengalaman pertama mengetahui apa itu shalat bagi orang
Muslim.
Saya senantiasa percaya bahwa ada seorang
bernama Nabi Isa dan dia merupakan nabi besar dan utusan dari Tuhan. Apa
yang menjadi masalah ialah Nabi Isa adalah seorang manusia. Dia lahir
dari seorang wanita mulia tetapi dia masih hanya seorang insan. Dia
bukan Tuhan. Dan mengapa kita sebagai manusia menyembah manusia lain?
Sudah pasti kita haruslah menyembah Tuhan. Dan konsep hanya ada Tuhan
yang Esa dan kita haruslah menyembah Tuhan yang Esa dan tidak menyembah
berhala atau orang lain, dan bahwa pengampunan hanya bisa dilakukan
dengan menjalin hubungan langsung dengan Tuhan, benar-benar tertanam
dalam hati saya.
Isteri: Paige
Nama saya Paige dan saya memeluk Islam dua tahun lalu.
Saya dibesarkan oleh ayah yang ateis.Dia mendidik saya dan adik perempuan saya sebagai ateis, dan saya memang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Saya besar dengan menganggap orang yang beragama adalah orang-orang bodoh. Saya pikir bahwa agama adalah sesuatu yang diterapkan oleh pemerintah untuk mengontrol rakyatnya.Karena jika anda mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk diharapkan selepas kematian, anda akan menjadi patuh ketika hidup.
Ada kalanya
ketika saya belajar di sekolah tinggi, saya pergi ke gereja dengan
seorang teman sebagai tamu, dan di sana saya merasa tersentuh melihat
kepercayaan orang yang di gereja.Tapi saya masih tidak dapat menerima
ketidakragaman Kristen. Banyak sekali kelemahan dalam agama Kristen yang
menyebabkan saya tidak dapat menerimanya.
Saya
senantiasa berminat dengan filsafat, manusia secara umum, agama, dan
sejarah agama, dan kebetulan saya pernah melihat dokumentari berkaitan
tiga agama Nabi Ibrahim; Kristen, Judaisme dan Islam. Itulah pertama
kali saya mendengar tentang Islam. Saya rasa adalah menarik bahwa Islam
datang dari Kristen dan Kristen datang dari Judaisme. Dan pesan yang
ingin disampaikan adalah sama. Tuhan menyampaikan risalah tetapi
manusialah yang sering menyimpangkannya.
Pasca
peristiwa 9 September, saya bekerja di toko buku di Amerika bernama
Barnes & Nobel. Segala topik berkaitan dengan Islam, Quran, Muslim,
Timur Tengah habis terjual pada keesokkan harinya; 9 September. Saya
merasa hal ini sungguh menakjubkan, dan saya tidak mengetahui apa-apa.
Sayapun mulai membaca. Saya membeli sebuah buku berjudul 'Islam for
Dummies'. Buku itu bagus sekali. Banyak sekali berkaitan Islam yang
indah dan saya mula tertarik pada rasionalitasnya. Seperti yang saya
katakan bahwa Kristen punya kekurangan/ketimpangan dalam ajarannya
tetapi tidak Islam. Ia merupakan sebuah agama yang rasional, semuanya
masuk akal.
Malah ketika pertama kali saya pergi ke
masjid, saya merasa bahwa seolah-olah saya menentang mereka. Ia tidak
ada kaitannya dengan orang gila yang ditayangkan di televisi yang
meledakkan bangunan.Memang saya sebenarnya merasa takut untuk ke masjid.
Tetapi saya merasakan saya harus mencari agama saya dan saya mesti
berhadapan dengan orang-orang yang pergi ke masjid. Itu sebelum saya
menemui Muslim pertama saya.
Ketika Tim membuat
keputusan untuk memeluk agama Islam, saya merasa sungguh bahagia.Karena
saya telah memeluk Islam beberapa bulan sebelumnya. Sebenarnya saya
tidak pasti dengan apa yang saya lakukan. Sebagai seorang muslimah, anda
tidak dibenarkan menikahi lelaki non Muslim, tetapi bukan satu pilihan
yang baik untuk meninggalkan suami saya. Saya dapat merasakan bahwa dia
tidak akan ketinggalan jauh ketika saya mengucapkan syahadah. Dan benar,
dalam jangka waktu 6 bulan dia turut mengucapkan syahadahnya.
Anak perempuan: Kayla
Nama saya adalah Kayla Botello. Saya dilahirkan di Amerika. Saya
memeluk agama Islam setahun yang lalu. Kami tidak dibesarkan dalam
sebuah keluarga yang religius. Kami tidak besar dengan mempercayai
Tuhan, tetapi kami yakin bahwa ada yang Maha Besar. Maka tidak ada agama
yang menjadi panutan kami. Kami hanya memastikan bahwa kami
berpengetahuan.
Saya percaya akan wujudnya Tuhan. Saya
senantiasa mempunyai sikap positif terhadap kehidupan. Saya merenungi
segala hal yang terjadi di sekitar saya. Memang terdapat begitu banyak
keindahan di dunia, bagaimana mungkin tidak ada Tuhan? Hanya saya tidak
punya keyakinan terhadap satu agamapun.
Memeluk agama
Islam seperti berlakunya serangkaian peristiwa. Bukan satu detik yang
khusus. Saya pikir apa yang menarik tentang Islam karena saya mulai
mengikuti kelas-kelas selepas ibu saya memeluk agama Islam, maka saya
juga ikut serta dalam kelas demi ibu saya. Saya menghormatinya dan ingin
memahaminya lebih jauh dan apa yang menarik perhatian saya ialah sains
dalam Islam. Mereka bercerita mengenai Big Bang dan mereka juga
bercerita mengenai pertemuan air asin dengan air tawar, yang hanya
ditemui pada tahun 1970an. Bagaimana perkara sedemikian bisa anda
ketahui 1400 tahun yang lalu? Dan bagi saya, saya percaya pada Tuhan dan
saya juga percaya pada sains.
Suami Kayla: Yassir
Nama saya ialah Yassir. Saya lahir di Amerika dan memang muslim dari
lahir. Saya adalah suami Kayla. Ayah saya datang ke negara ini pada
tahun 1980. Dia menjalankan sekolah aviation, untuk sementara dia hidup
sendirian sehingga dia bertemu ibu saya orang Amerika. Mereka menjalin
hubungan baik. Mereka kemudian menikah dan memiliki lima orang anak.
Kami berpeluang menikmati kehidupan ala Amerika dan ala Suriah.
Kami memang sejak dari usia muda pergi ke sekolah Islam. Kami dididik
demikian dan kami juga menjalin hubungan baik dengan tetangga kami.
Hubungan kami memang senantiasa baik, tidak pernah terjadi ketegangan,
dan kami memang punya rekan-rekan baik yang datang ke rumah kami dan
belajar mengenai Islam dan budaya arab.
Ketika Kayla
memeluk agama Islam, saya percaya bahwa ini merupakan sesuatu yang telah
ditakdirkan kepada saya untuk menikahinya atau tidak. Dia punya banyak
kualitas yang mengambarkan banyak sekali perilaku baiknya yang terdapat
dalam Islam, dan ia hanya sesuatu yang harus dia cari dan menerapkannya
dalam kehidupan. Begitu banyak sekali berkaitan kebaikan, dan menjadi
anak yang baik kepada kedua orang tua, patuh dan saling menghormati.
Maksud saya ini merupakan sesuatu yang telah dia miliki, hanya dia
memerlukan sesuatu untuk menghalusinya dalam skala yang lebih
besar….itulah Islam. (IRIB Indonesia/onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar