Selasa, 23 Oktober 2012

Tim, Page dan Kayla, Keluarga Ateis yang Satu Persatu Memeluk Islam

Tim pindah dari Inggris ke Amerika 10 tahun yang lalu.Dia bekerja sebagai Manager Sumber Daya Manusia di sebuah perusahaan besar. Isterinya, Paige bekerja di sebuah jaringan toko buku besar di Amerika, dan bersama anak perempuannya Kayla memakai hijab setiap kali keluar dari rumah mereka di Denver.
 
Suami: Tim
 
Nama saya Tim, saya baru saja memeluk Islam 18 bulan lalu. (artikel ini dipublikasikan pada 17 juni 2012). Saya lahir dan besar di Inggris. Saya ke sekolah yang merupakan bagian dari milik Gereja England. Di sekolah tinggi, kami sekurang-kurangnya harus menghadiri kelas pendidikan agama selama dua jam setiap minggu.
 
Kehidupan saya berjalan demikian hingga saya menyelesaikan Kolej, meninggalkan rumah dan mulai hidup sendiri.Jauh dikedalaman hatisaya memiliki satu keyakinan adanya Tuhan semesta alam yang melindungi kita dan mencipta kita semua serta alam raya ini. Pada ketika itu saya perlu untuk memahami dan menjelaskan konsep ketuhanan lebih dekat kepada diri saya sendiri.
 
Ketika bertemu isteri saya pertama kali, kami sama-sama memiliki pengaruh spiritual yang kuat. Ini tidak bermakna kami menjadi bagian dari segala agama yang terorganisasi. Tetapi kami punya perasaan dan kami memahami kehidupan itu lebih bermakna dari sekadar berada di sini atau di sana. Kami sama-sama mempunyai kepercayaan akan kehidupan selepas mati atau kehidupan maknawi, tetapi tidak seorang pun dari kami benar-benar membuat penelitian berkaitannya.
 
Beberapa tahun kemudian Paige, isteri saya mula menunjukkan minatnya terhadap Islamdan saya perlahan-lahan mulai mengikutinya. Ini membawa kami mengunjungi masjid di Denver, sebuah masjid bernama masjid Abu Bakar. Ia merupakan pengalaman yang menarik karena isteri saya menelepon ke masjid dan membuat perjanjian untuk pergi ke masjid hari Jumat sekitar waktu makan siang. Saya begitu terkejut karena terdapat sebuah mobil polisi di sana dengan lampu menyala mengawal lalu lintas karena banyak sekali kendaraan yang berada di tempat tersebut.
 
Kami pergi ketika mereka sedang menunaikan shalat. Lebih kurang 500 orang yang menghadiri shalat Jumat yang digelar pada setiap Jumat. Saya seperti mendapat kejutan budaya. Begitu ramai sekali yang menghadiri shalat Jumat dan terdiri dari berbagai bangsa dengan memakai pakaian tradisional mereka. Terdapat juga beberapa orang Amerika yang berjalan dengan memakai jeans dan kemeja. Saya merasa seolah-olah sedang berjalan atau berada di luar Amerika dan memasuki satu tempat di Timur Tengah.
 
Kami sungguh beruntung dapat bertemu dengan seorang yang pada masa tersebut merupakan presiden masjid, seorang syeikh bernama Muhammad Norzai, dialah yang membawa kami berjalan dan menjelaskan tentang Islam. Dia juga membawa kami ke tempat dimana khutbah dibacakan. Bagi kami, ini merupakan pengalaman pertama mengetahui apa itu shalat bagi orang Muslim.
 
Saya senantiasa percaya bahwa ada seorang bernama Nabi Isa dan dia merupakan nabi besar dan utusan dari Tuhan. Apa yang menjadi masalah ialah Nabi Isa adalah seorang manusia. Dia lahir dari seorang wanita mulia tetapi dia masih hanya seorang insan. Dia bukan Tuhan. Dan mengapa kita sebagai manusia menyembah manusia lain? Sudah pasti kita haruslah menyembah Tuhan. Dan konsep hanya ada Tuhan yang Esa dan kita haruslah menyembah Tuhan yang Esa dan tidak menyembah berhala atau orang lain, dan bahwa pengampunan hanya bisa dilakukan dengan menjalin hubungan langsung dengan Tuhan, benar-benar tertanam dalam hati saya.
 
Isteri: Paige
 
Nama saya Paige dan saya memeluk Islam dua tahun lalu.

Saya dibesarkan oleh ayah yang ateis.Dia mendidik saya dan adik perempuan saya sebagai ateis, dan saya memang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Saya besar dengan menganggap orang yang beragama adalah orang-orang bodoh. Saya pikir bahwa agama adalah sesuatu yang diterapkan oleh pemerintah untuk mengontrol rakyatnya.Karena jika anda mempunyai sesuatu yang lebih baik untuk diharapkan selepas kematian, anda akan menjadi patuh ketika hidup.
 
Ada kalanya ketika saya belajar di sekolah tinggi, saya pergi ke gereja dengan seorang teman sebagai tamu, dan di sana saya merasa tersentuh melihat kepercayaan orang yang di gereja.Tapi saya masih tidak dapat menerima ketidakragaman Kristen. Banyak sekali kelemahan dalam agama Kristen yang menyebabkan saya tidak dapat menerimanya.
 
Saya senantiasa berminat dengan filsafat, manusia secara umum, agama, dan sejarah agama, dan kebetulan saya pernah melihat dokumentari berkaitan tiga agama Nabi Ibrahim; Kristen, Judaisme dan Islam. Itulah pertama kali saya mendengar tentang Islam. Saya rasa adalah menarik bahwa Islam datang dari Kristen dan Kristen datang dari Judaisme. Dan pesan yang ingin disampaikan adalah sama. Tuhan menyampaikan risalah tetapi manusialah yang sering menyimpangkannya.
 
Pasca peristiwa 9 September, saya bekerja di toko buku di Amerika bernama Barnes & Nobel. Segala topik berkaitan dengan Islam, Quran, Muslim, Timur Tengah habis terjual pada keesokkan harinya; 9 September. Saya merasa hal ini sungguh menakjubkan, dan saya tidak mengetahui apa-apa.
 
Sayapun mulai membaca. Saya membeli sebuah buku berjudul 'Islam for Dummies'. Buku itu bagus sekali. Banyak sekali berkaitan Islam yang indah dan saya mula tertarik pada rasionalitasnya. Seperti yang saya katakan bahwa Kristen punya kekurangan/ketimpangan dalam ajarannya tetapi tidak Islam. Ia merupakan sebuah agama yang rasional, semuanya masuk akal.
 
Malah ketika pertama kali saya pergi ke masjid, saya merasa bahwa seolah-olah saya menentang mereka. Ia tidak ada kaitannya dengan orang gila yang ditayangkan di televisi yang meledakkan bangunan.Memang saya sebenarnya merasa takut untuk ke masjid. Tetapi saya merasakan saya harus mencari agama saya dan saya mesti berhadapan dengan orang-orang yang pergi ke masjid. Itu sebelum saya menemui Muslim pertama saya.
 
Ketika Tim membuat keputusan untuk memeluk agama Islam, saya merasa sungguh bahagia.Karena saya telah memeluk Islam beberapa bulan sebelumnya. Sebenarnya saya tidak pasti dengan apa yang saya lakukan. Sebagai seorang muslimah, anda tidak dibenarkan menikahi lelaki non Muslim, tetapi bukan satu pilihan yang baik untuk meninggalkan suami saya. Saya dapat merasakan bahwa dia tidak akan ketinggalan jauh ketika saya mengucapkan syahadah. Dan benar, dalam jangka waktu 6 bulan dia turut mengucapkan syahadahnya.
 
Anak perempuan: Kayla
 
Nama saya adalah Kayla Botello. Saya dilahirkan di Amerika. Saya memeluk agama Islam setahun yang lalu. Kami tidak dibesarkan dalam sebuah keluarga yang religius. Kami tidak besar dengan mempercayai Tuhan, tetapi kami yakin bahwa ada yang Maha Besar. Maka tidak ada agama yang menjadi panutan kami. Kami hanya memastikan bahwa kami berpengetahuan.
 
Saya percaya akan wujudnya Tuhan. Saya senantiasa mempunyai sikap positif terhadap kehidupan. Saya merenungi segala hal yang terjadi di sekitar saya. Memang terdapat begitu banyak keindahan di dunia, bagaimana mungkin tidak ada Tuhan? Hanya saya tidak punya keyakinan terhadap satu agamapun.
 
Memeluk agama Islam seperti berlakunya serangkaian peristiwa. Bukan satu detik yang khusus. Saya pikir apa yang menarik tentang Islam karena saya mulai mengikuti kelas-kelas selepas ibu saya memeluk agama Islam, maka saya juga ikut serta dalam kelas demi ibu saya. Saya menghormatinya dan ingin memahaminya lebih jauh dan apa yang menarik perhatian saya ialah sains dalam Islam. Mereka bercerita mengenai Big Bang dan mereka juga bercerita mengenai pertemuan air asin dengan air tawar, yang hanya ditemui pada tahun 1970an. Bagaimana perkara sedemikian bisa anda ketahui 1400 tahun yang lalu? Dan bagi saya, saya percaya pada Tuhan dan saya juga percaya pada sains.
 
Suami Kayla: Yassir
 
Nama saya ialah Yassir. Saya lahir di Amerika dan memang muslim dari lahir. Saya adalah suami Kayla. Ayah saya datang ke negara ini pada tahun 1980. Dia menjalankan sekolah aviation, untuk sementara dia hidup sendirian sehingga dia bertemu ibu saya orang Amerika. Mereka menjalin hubungan baik. Mereka kemudian menikah dan memiliki lima orang anak. Kami berpeluang menikmati kehidupan ala Amerika dan ala Suriah.
 
Kami memang sejak dari usia muda pergi ke sekolah Islam. Kami dididik demikian dan kami juga menjalin hubungan baik dengan tetangga kami. Hubungan kami memang senantiasa baik, tidak pernah terjadi ketegangan, dan kami memang punya rekan-rekan baik yang datang ke rumah kami dan belajar mengenai Islam dan budaya arab.
 
Ketika Kayla memeluk agama Islam, saya percaya bahwa ini merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan kepada saya untuk menikahinya atau tidak. Dia punya banyak kualitas yang mengambarkan banyak sekali perilaku baiknya yang terdapat dalam Islam, dan ia hanya sesuatu yang harus dia cari dan menerapkannya dalam kehidupan. Begitu banyak sekali berkaitan kebaikan, dan menjadi anak yang baik kepada kedua orang tua, patuh dan saling menghormati. Maksud saya ini merupakan sesuatu yang telah dia miliki, hanya dia memerlukan sesuatu untuk menghalusinya dalam skala yang lebih besar….itulah Islam. (IRIB Indonesia/onislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar